Minggu, 18 Januari 2015

Malam Kelabu Lainnya

Tuhan, entah apa yang aku lakukan sekarang. Sungguh belum siap aku menghadapi keadaan sekarang ini. Penuh sesak dadaku malam ini ya Allah. Teringat waktu awal-awal menjejakan kaki dikelas di bangku perkuliahan ini, jujur mungkin ada sebulan aku benar-benar tidak paham apapun yang dikatakan sang Dosen. Mahasiswa baru, memang adaptasilah yang dibutuhkan. Tapi adaptasi ini terlalu lama, sebulan lamanya aku bak tong bocor, yang tiap hari diisi tapi tak penuh penuh jua.

Sebulan pertama lewat, aku masih menjadi mahasiswa rajin yang takut ketika tidak masuk. Proyek-proyek beregu pun mulai berdatangan mengawali bulan kedua perkuliahanku ini. yang pertama selesai, yang kedua selesai, yang ketiga?... beruntungnya aku bertemu dengan anak yang senang bekerja sendiri. deadline tinggal seminggu lagi, dan kami belum melakukan apapun. ya Allah apa yang harus aku lakukan. aku khawatir, aku takut, aku mulai stress memikirkan proyek ketiga, bahkan proyek terakhirku di semester awal ini. Tak pernah ku biarkan gagal menghantuiku, tapi kali ini? aku sangat takut ya Allah,tak tahu apa yang harus aku lakukan, tak tenang hati ini rasanya.

Kesalahan aku lakukan pada bulan ketiga perkuliahan, sering kali aku tidak mengikuti perkuliahan, dengan dalih "mengejar ketinggalan di bulan-bulan pertama" salah besar! aku malah ketinggalan materi bulan ini, yang berdampak stress hingga saat ini.

ya Allah rasanya tak sanggup saat ini mengingat berapa banyak lagi yang harus aku kejar dalam kurun waktu kurang lebih seminggu ini. Salahku ya Allah, salahku! Terlalu lama beradaptasi, terlalu lama mengambang tak tentu arah. ya Allah ternyata aku belum siap, haruskah aku mundur selangkah lagi, atau hadapi saja yang akan datang? Bantu hamba ya Allah, Hamba masih ingin berjuang disini, belum mau jadi veteran dalam waktu dekat ini.

Bismillah..
kata seorang teman.
Tetap berjuang!
ujar yang lain.
Lo bukan cewek lemah!
ungkap yang lain lagi.

Entah tahukah mereka betapa rapuhnya diriku sekarang, atau memang tulus ucapan-ucapan penyemangat dari mereka?

Sudahlah~ kubiarkan diriku tenggelam dalam kabut gelap ini. layaknya awan hitam pemicu hujan. hanya malam ini, ya semoga hanya malam ini. semoga besok pelangi sudah datang, menghiasi hariku, tak peduli basah dan becek yang terjadi. Tetap hadapi hari esok.

Kau masih punya 3 tiket utuh, jangan terlalu dibawa stress, buang saja tiket pertamamu, lakukan perlakuan baik pada tiket keduamu!

Kamis, 15 Januari 2015

Kamis Malam di Bulan Januari

Seperti biasa, yang telahku tetapkan. Tak ada hanya tidur pun duduk hengkang kaki diatas kasur setiap jam 8.00 sampai 10.00 dimalam hari. Melangkahlah kakiku menuju sudut putihku. Rak putih, meja putih, kursi putih, juga lampuku yang putih. Hari ini seperti yang telah terjadwal, elektrotechnik yang menjadi targetku malam ini. Laptop yang sudah menyala, layar yang sudah menunjukan soal-soal mana yang harusnya aku selesaikan malam ini. Telat setengah jam aku memulainya. Tetap mencoba fokus, diwaktu-waktu produktifku yang hanya sekitar 3 jam itu. Setengah jam berlalu, satu soalpun tak usaiku kerjakan, semangat masih ada dalam diriku. Sejam berlalu, aku tetap berusaha mengerti soal ini. Berfikir, memutar otak, mencari materi dalam mesin pencari internet. Belum ada hasil, masih nihil setelah setengah jam kemudian. Ku nyalakan playlist yang ada di handphoneku, berharap mendapat pencerahan setelahnya. Tak berfungsi! ku matikan lagi lantunan lagu yang sedang bermain itu. Masih mencoba, tak ada hasil, tak tahu apa yang aku fikirkan. Buntu! bergejolaklah perasaan dalam dada. Panik melanda. Tidak! tidak seharusnya aku panik hanya karena apa yang aku rencanakan tak berjalan sesuai rencana. Tapi hati ini masih tak tenang. Kuputar kembali laguku, Sepasang kekasih yang pertama bercinta diluar angkasa oleh Frau, mengalun pelan dari handphoneku. Entah kenapa rasa stress ini menjadi-jadi, berubah depresi yang memaksa airmata keluar setetes demi setetes. Lagu Frau ku kencangkan volumenya, menyesap kedalam hati. Mungkin menangis wajar untuk saat ini, melepas gundah, membiarkan rasa stress ini mengalir melewati pipi, menuju dagu dan kemudian menetes diatas meja putihku ini.

Kita adalah sepasang kekasih yang pertama bercinta di luar angkasa
Seperti takkan pernah pulang
Kau membias di udara dan terhempaskan cahaya
Seperti takkan pernah pulang
Ketuk langkahmu menarilah jauh di permukaan

Jalan pulang yang menghilang
Tertulis dan menghilang
Karena kita tah bercinta di luar angkasa
Jalan pulang yang menghilang
Tertulis dan menghilang
Karena kita, sebab kita, tlah bercinta di luar angkasa


Entah kenapa aku merasa seperti tinggal di luar angkasa, seperti takkan pernah pulang jika tak dapat melewati halang rintang disini, luar angkasa. Seperti jalan pulang yang menghilang, kemudian tertulis lagi, kemudian menghilang lagi. Mengalir air mata saat mendengar bait terakhirnya.
Hahft~ sudahlah, tak baik menangis terlalu lama. Terbesit lah jalan keluar yang setidaknya akan mengurangi rasa depresi ini. Aku sudah punya rencana baru, yang setidaknya dapat membuat hatiku sedikit lega. Sudahilah sudahi! kusudahi pula cerita Kamis Malam di Bulan Januari ini. Sekian.