Kamis, 15 Januari 2015

Kamis Malam di Bulan Januari

Seperti biasa, yang telahku tetapkan. Tak ada hanya tidur pun duduk hengkang kaki diatas kasur setiap jam 8.00 sampai 10.00 dimalam hari. Melangkahlah kakiku menuju sudut putihku. Rak putih, meja putih, kursi putih, juga lampuku yang putih. Hari ini seperti yang telah terjadwal, elektrotechnik yang menjadi targetku malam ini. Laptop yang sudah menyala, layar yang sudah menunjukan soal-soal mana yang harusnya aku selesaikan malam ini. Telat setengah jam aku memulainya. Tetap mencoba fokus, diwaktu-waktu produktifku yang hanya sekitar 3 jam itu. Setengah jam berlalu, satu soalpun tak usaiku kerjakan, semangat masih ada dalam diriku. Sejam berlalu, aku tetap berusaha mengerti soal ini. Berfikir, memutar otak, mencari materi dalam mesin pencari internet. Belum ada hasil, masih nihil setelah setengah jam kemudian. Ku nyalakan playlist yang ada di handphoneku, berharap mendapat pencerahan setelahnya. Tak berfungsi! ku matikan lagi lantunan lagu yang sedang bermain itu. Masih mencoba, tak ada hasil, tak tahu apa yang aku fikirkan. Buntu! bergejolaklah perasaan dalam dada. Panik melanda. Tidak! tidak seharusnya aku panik hanya karena apa yang aku rencanakan tak berjalan sesuai rencana. Tapi hati ini masih tak tenang. Kuputar kembali laguku, Sepasang kekasih yang pertama bercinta diluar angkasa oleh Frau, mengalun pelan dari handphoneku. Entah kenapa rasa stress ini menjadi-jadi, berubah depresi yang memaksa airmata keluar setetes demi setetes. Lagu Frau ku kencangkan volumenya, menyesap kedalam hati. Mungkin menangis wajar untuk saat ini, melepas gundah, membiarkan rasa stress ini mengalir melewati pipi, menuju dagu dan kemudian menetes diatas meja putihku ini.

Kita adalah sepasang kekasih yang pertama bercinta di luar angkasa
Seperti takkan pernah pulang
Kau membias di udara dan terhempaskan cahaya
Seperti takkan pernah pulang
Ketuk langkahmu menarilah jauh di permukaan

Jalan pulang yang menghilang
Tertulis dan menghilang
Karena kita tah bercinta di luar angkasa
Jalan pulang yang menghilang
Tertulis dan menghilang
Karena kita, sebab kita, tlah bercinta di luar angkasa


Entah kenapa aku merasa seperti tinggal di luar angkasa, seperti takkan pernah pulang jika tak dapat melewati halang rintang disini, luar angkasa. Seperti jalan pulang yang menghilang, kemudian tertulis lagi, kemudian menghilang lagi. Mengalir air mata saat mendengar bait terakhirnya.
Hahft~ sudahlah, tak baik menangis terlalu lama. Terbesit lah jalan keluar yang setidaknya akan mengurangi rasa depresi ini. Aku sudah punya rencana baru, yang setidaknya dapat membuat hatiku sedikit lega. Sudahilah sudahi! kusudahi pula cerita Kamis Malam di Bulan Januari ini. Sekian.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar