Kamis, 16 Juli 2015

Nasihat Logika Terhadap Hati

Kenapa harus bicara tentang cinta
Bila masih banyak tujuan yang perlu dipikirkan
Kenapa harus bergundah gulana
Bila semangat masih dibutuhkan untuk berjuang

Hidup bukan hanya sekedar masalah hati
Masih ada kerabat, negara, bahkan agama
Bukan maksudku sok baik, sok idealis, atau sok suci
Tapi kamu harus realistis

Terkadang egois itu perlu
Pikirkan dirimu
Pikirkan tujuanmu
Asal kamu tak tenggelam dalam dirimu

Hidup itu tentang keseimbangan
Seperti sebuah jungkat-jungkit
Bila dirimu tidak seimbang
Kamu bisa diatas sekali, hingga lupa bumi
Atau dibawah sekali, hingga lupa langit

Dunia itu luas
Dan masih banyak hal yang dapat kamu lihat
Bangkitlah!
Demi kebaikanmu.

Rabu, 18 Februari 2015

Ingatlah..

Keluh kesah sering tercurah.
Cerita cinta tak bisa terbantah.
Mengapa kau hanya memikirkan dirimu saja?


Kisah sedih kau siratkan.
Membakar diri hingga membumbung tinggi.
Asap duka kau sebar ke seluruh jiwa.
Tak terpikirkah olehmu, bahwa banyak orang diluar sana yang sedang berusaha keras memperjuangkan haknya?
Banyak orang diluar sana membanting tulang membuang lara?

Kini, apa yang sudah kau lakukan?
Apa yang sedang kau lakukan?
Apa yang akan kau lakukan?

Sadarlah wahai anak muda,
Masamu hanya sementara,
Tak lama kau akan bersusah payah mengadu nasib.
Tinggalkan masa foya-foyamu kini,
Kejarlah asamu,
Tak mau kah engkau menjadi orang yang tak biasa kelak?
Membahagiakan keluargamu serta teman-temanmu,bahkan dirimu sendiri.

Jangan cepat mengeluh,
Banyak saja usaha,
Karna Tuhan tau imbalan apa yang pantas untuk seorang hamba.

Kamis, 05 Februari 2015

Kepada Engkau, Pria Penebar Pesona

Salahkah hati menyimpan kasih?
Salahkah jiwa tak kenal perih?
Salahkah aku menyayangimu lebih?

Tak tahukah kamu betapa sesak dada ini memendam rasa?
Tak tahukah kamu betapa rapuh rangka ini hanya dengan memandangmu saja?

Hai pria penebar pesona,
Sadarlah sedikit tentang kehadiranku
Sadarlah sedikit tentang perhatianku
Sadarlah sedikit tentang senyum dari bibirku

Hai pria penebar pesona,
Mungkin maksud berbuat baik
Tapi senyummu membuatku sakit
Dan suaramu bak pil pahit

Hai pria penebar pesona,
Aku ini hanya seorang wanita
Kodrat menunggu dan tak bisa apa-apa
Hanya bisa melempar sinyal yang berharap kau baca

Bulan demi bulan telah berlalu
Dan sikapmu masih seperti dulu
Acuh tak acuh kepadaku
Seperti awal kita bertemu

Satu demi satu pangeran datang
Muncul didepanku berlalu lalang
Tapi rasaku kepadamu belum juga hilang
Masih menantimu yang tak kunjung datang

Ku sempurnakan diriku agar terlihat
Memasak, menjahit, agar hebat
Berias, pun bertata krama ku pelajari sangat
Untuk dirimu, aku menyusun siasat

Hai pria penebar pesona,
Kiranya waktuku sudah habis
Akupun sudah pesimis
Dan mencari yang lebih logis

Hai pria penebar pesona,
Jangan kau datang kehadapanku
Jangan kau datang tak kenal waktu
Jangan kau datang ketika aku sudah mampu

Cerita kita sudah habis disini
Aku tak ingin bersedih lagi
Melupakanmu memang suatu yang rugi
Tapi ku yakin ada yang lain yang lebih berarti

Sampai jumpa lagi dilain hari
Saat dimana kita sudah punya cerita sendiri
Akanku ceritakan tentang keluargaku nanti
Tempat dimana aku bisa berbagi hati ini.

Minggu, 18 Januari 2015

Malam Kelabu Lainnya

Tuhan, entah apa yang aku lakukan sekarang. Sungguh belum siap aku menghadapi keadaan sekarang ini. Penuh sesak dadaku malam ini ya Allah. Teringat waktu awal-awal menjejakan kaki dikelas di bangku perkuliahan ini, jujur mungkin ada sebulan aku benar-benar tidak paham apapun yang dikatakan sang Dosen. Mahasiswa baru, memang adaptasilah yang dibutuhkan. Tapi adaptasi ini terlalu lama, sebulan lamanya aku bak tong bocor, yang tiap hari diisi tapi tak penuh penuh jua.

Sebulan pertama lewat, aku masih menjadi mahasiswa rajin yang takut ketika tidak masuk. Proyek-proyek beregu pun mulai berdatangan mengawali bulan kedua perkuliahanku ini. yang pertama selesai, yang kedua selesai, yang ketiga?... beruntungnya aku bertemu dengan anak yang senang bekerja sendiri. deadline tinggal seminggu lagi, dan kami belum melakukan apapun. ya Allah apa yang harus aku lakukan. aku khawatir, aku takut, aku mulai stress memikirkan proyek ketiga, bahkan proyek terakhirku di semester awal ini. Tak pernah ku biarkan gagal menghantuiku, tapi kali ini? aku sangat takut ya Allah,tak tahu apa yang harus aku lakukan, tak tenang hati ini rasanya.

Kesalahan aku lakukan pada bulan ketiga perkuliahan, sering kali aku tidak mengikuti perkuliahan, dengan dalih "mengejar ketinggalan di bulan-bulan pertama" salah besar! aku malah ketinggalan materi bulan ini, yang berdampak stress hingga saat ini.

ya Allah rasanya tak sanggup saat ini mengingat berapa banyak lagi yang harus aku kejar dalam kurun waktu kurang lebih seminggu ini. Salahku ya Allah, salahku! Terlalu lama beradaptasi, terlalu lama mengambang tak tentu arah. ya Allah ternyata aku belum siap, haruskah aku mundur selangkah lagi, atau hadapi saja yang akan datang? Bantu hamba ya Allah, Hamba masih ingin berjuang disini, belum mau jadi veteran dalam waktu dekat ini.

Bismillah..
kata seorang teman.
Tetap berjuang!
ujar yang lain.
Lo bukan cewek lemah!
ungkap yang lain lagi.

Entah tahukah mereka betapa rapuhnya diriku sekarang, atau memang tulus ucapan-ucapan penyemangat dari mereka?

Sudahlah~ kubiarkan diriku tenggelam dalam kabut gelap ini. layaknya awan hitam pemicu hujan. hanya malam ini, ya semoga hanya malam ini. semoga besok pelangi sudah datang, menghiasi hariku, tak peduli basah dan becek yang terjadi. Tetap hadapi hari esok.

Kau masih punya 3 tiket utuh, jangan terlalu dibawa stress, buang saja tiket pertamamu, lakukan perlakuan baik pada tiket keduamu!

Kamis, 15 Januari 2015

Kamis Malam di Bulan Januari

Seperti biasa, yang telahku tetapkan. Tak ada hanya tidur pun duduk hengkang kaki diatas kasur setiap jam 8.00 sampai 10.00 dimalam hari. Melangkahlah kakiku menuju sudut putihku. Rak putih, meja putih, kursi putih, juga lampuku yang putih. Hari ini seperti yang telah terjadwal, elektrotechnik yang menjadi targetku malam ini. Laptop yang sudah menyala, layar yang sudah menunjukan soal-soal mana yang harusnya aku selesaikan malam ini. Telat setengah jam aku memulainya. Tetap mencoba fokus, diwaktu-waktu produktifku yang hanya sekitar 3 jam itu. Setengah jam berlalu, satu soalpun tak usaiku kerjakan, semangat masih ada dalam diriku. Sejam berlalu, aku tetap berusaha mengerti soal ini. Berfikir, memutar otak, mencari materi dalam mesin pencari internet. Belum ada hasil, masih nihil setelah setengah jam kemudian. Ku nyalakan playlist yang ada di handphoneku, berharap mendapat pencerahan setelahnya. Tak berfungsi! ku matikan lagi lantunan lagu yang sedang bermain itu. Masih mencoba, tak ada hasil, tak tahu apa yang aku fikirkan. Buntu! bergejolaklah perasaan dalam dada. Panik melanda. Tidak! tidak seharusnya aku panik hanya karena apa yang aku rencanakan tak berjalan sesuai rencana. Tapi hati ini masih tak tenang. Kuputar kembali laguku, Sepasang kekasih yang pertama bercinta diluar angkasa oleh Frau, mengalun pelan dari handphoneku. Entah kenapa rasa stress ini menjadi-jadi, berubah depresi yang memaksa airmata keluar setetes demi setetes. Lagu Frau ku kencangkan volumenya, menyesap kedalam hati. Mungkin menangis wajar untuk saat ini, melepas gundah, membiarkan rasa stress ini mengalir melewati pipi, menuju dagu dan kemudian menetes diatas meja putihku ini.

Kita adalah sepasang kekasih yang pertama bercinta di luar angkasa
Seperti takkan pernah pulang
Kau membias di udara dan terhempaskan cahaya
Seperti takkan pernah pulang
Ketuk langkahmu menarilah jauh di permukaan

Jalan pulang yang menghilang
Tertulis dan menghilang
Karena kita tah bercinta di luar angkasa
Jalan pulang yang menghilang
Tertulis dan menghilang
Karena kita, sebab kita, tlah bercinta di luar angkasa


Entah kenapa aku merasa seperti tinggal di luar angkasa, seperti takkan pernah pulang jika tak dapat melewati halang rintang disini, luar angkasa. Seperti jalan pulang yang menghilang, kemudian tertulis lagi, kemudian menghilang lagi. Mengalir air mata saat mendengar bait terakhirnya.
Hahft~ sudahlah, tak baik menangis terlalu lama. Terbesit lah jalan keluar yang setidaknya akan mengurangi rasa depresi ini. Aku sudah punya rencana baru, yang setidaknya dapat membuat hatiku sedikit lega. Sudahilah sudahi! kusudahi pula cerita Kamis Malam di Bulan Januari ini. Sekian.


Selasa, 02 September 2014

Diary Anak Rantau

Ketika harus ada jarak yang memisahkan
Ketika tanggung jawab harus dipenuhi
Ketika pilihan tidak ada lagi

Hanya rindu yang terpendam dihati
Hanya tangis yang harus ditahan
Hanya sabar yang bisa dilakukan

Cepatlah berakhir!
Permiintaan ini yang paling mungkin
Berharap Tuhan membantu melewati tahun panjang ini

Tak sabar menanti sukses didepan sana
Tak sabar melepas rindu yang ada
Tak sabar memeluk papa dan bunda

Akan kupenuhi janjiku menjadi sukses
Akan kubawa keluargaku ke kebahagiaan
Akan kubuat orang tuaku bangga!

Berjuanglah!
Memang sedih harus berpisah
Tapi nanti buatlah bangga
Agar sedihnya tak sia-sia!

27.08.2014
dipenerbangan menuju München

Minggu, 23 Maret 2014

My World!!

selalu gagal untuk nyoba nulis blog. yaa kayak entri-entrian sebelumnya, bikin postingan semusim abis itu bosen, giliran mau nulis lagi, entrian lama langsung di delete semua.
buat kali ini gue mau ngebiarin entrian lama gue.

selalu gagal untuk nyoba nulis blog. kenapa? karena gue mau cobe ngeblog kayak orang lain. orang-orang yang blognya udah sukses. gimana mau berkembang? gimana mau bertahan? kalo bisanya cuma ngikutin orang aja. cepat bosan!!

kali ini gue mau nulis blog semau gue! sesuka gue! this is my world! this is my word!
gue bakal nyoba untuk tidak malu malu mengungkapkan apa yang gue rasa dengan nulis.
gak mau takut dikritik, gak mau takut dianggap aneh. let it flow!
gue harus berani. yaa biarpun nulis diary aja gagal, gue harus berusaha nulis disini.

orang sukses berani nulis!
masa lalu gak cuma diingat aja, kalo bisa ditulis. biar gak ada memory lampau yang terlewatkan.
nulis blog gak harus jadi penulis kok.
gak usah panjang-panjang juga, yang penting ada kemauan!

ayo mulai lagi!